Naskah Lomba
Oleh. Muhammad Dezar Ritno
Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) merupakan sebuah posisi struktural dalam pemerintahan yang menjembatani antara daerah dengan pusat. Sebagai salah satu media perantara penyampaian aspirasi, permasalahan dan hambatan yang dihadapi oleh masyarakat di daerah untuk disampaikan ke pusat dan dicarikan solusi tepat bersama sesuai dengan kewajiban[1] anggota DPD RI serta fungsi, tugas dan wewenangnya[2].
Seandainya jika saya menjadi anggota DPD RI sekarang, maka langkah yang segera saya lakukan adalah mencari akar pokok permasalahan yang terjadi di Indonesia yang menyebabkan masih berjuta-juta rakyat di Indonesia jauh dari kata sejahtera, khususnya di daerah yang menjadi amanah saya. Berikut bagan target yang lebih terfokus/ spesifik yang akan saya perbaiki selama masa periode jabatan yang di amanahkan, baik untuk target pekerjaan yang harus saya selesaikan di daerah maupun juga sebagai usulan kepada anggota DPD RI lain agar didapat hasil baik yang merata disemua daerah.
Dalam bagan tersebut, yang mungkin menjadi pertanyaan adalah kenapa saya lebih memfokuskan di ketiga bidang tersebut?
Tidak lain karena itulah yang menjadi AKAR PERMASALAHAN bangsa Indonesia yang menganut sistem demokrasi ini. Wabah korupsi seperti jamur yang menular dengan cepat dan beranak pinak. Para mafia korupsi terus mengeruk keuangan Negara. Hukum seakan-akan hanya sebuah formalitas belaka. Para mafia yang tertangkap pun mendapat hukuman yang tidak akan membuat mereka jera. Malahan hukuman yang sudah ringan tersebut diperingan kembali dengan adanya remisi yang sangat banyak. Selain itu dalam proses pembuktian status tersangka mereka pun sangat berbelit akibat terlalu banyaknya UU yang telah dibuat sehingga satu sama lainnya saling berbenturan. Seperti RUU pembuktian terbalik[3] yang ditolak akibat berbenturan dengan UU HAM tersangka dan sebagainya. Pengesahan RUU seakan-akan hanya untuk kepentingan segelintir orang yang jika RUU tersebut berbahaya bagi mereka, maka akan ditolak. Disinilah fungsi Legislasi DPD RI yang harus lebih diprogresifkan.
Kedua, pendidikan yang tidak seratus persen dapat dinikmati oleh semua kalangan dikarenakan masih adanyanya pungutan atau bayaran. Sistem pendidikan disekolah yang ada yang juga tidak sesuai dengan visi dan misinya yang telah ditetapkan. UUD 1945 pasal 31 tentang pendidikan juga tidak berjalan sebagaimana tertulis disana. Begitu juga dengan pasal lainnya. UUD 1945 tersebut seolah-olah hanya sebuah tulisan yang pelaksanaanya berbanding terbalik.
Ketiga, kesehatan untuk masyarakat kecil yang susah. Masih banyak oknum yang tidak menerima masyarakat kecil ataupun jika diterima sebagai pasien, itupun bukan menjadi prioritas untuk dilayani terlebih dahulu melainkan lebih di utamakan orang-orang yang membayar. Kesehatan masyarakat didaerah terpencil pun masih sangat minim.
Apabila ketiga bidang tersebut berhasil diperbaiki dan menjadi lebih baik, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tingkat ekonomi masyarakat. Dengan tidak adanya uang rakyat yang hilang (akibat korupsi maupun bentuk penyelewengan lainnya), biaya pendidikan dan kesehatan yang dijamin negara seratus persen tanpa membebankan sepeserpun kepada yang tidak mampu serta kualitas pendidikan dan kesehatan yang meningkat tinggi, maka tingkat kesejahteraaan rakyat yang diharapkan tersebut dapat terwujud.
Untuk menunjang hal tersebut, sebagai anggpta DPD RI maka diwajibkan untuk kunjungan ke lapangan. Namun bukan berarti seperti yang ada sekarang. Pakai mobil dinas mewah, baju dinas rapi, sepatu mengkilap, handphone ditangan kiri dan kanan serta dikawal satu pasukan. Melainkan meniru apa yang dilakukan Umar Bin Khatab[4] pada masa Khilafah yang lalu, yakni berbaur dengan masyarakat. Berpakaian dan berpenampilan seadanya, menelusuri daerah kecil untuk mengetahui keadaan penduduknya. Inilah cara terbaik untuk mengetahui apa yang sedang di alami oleh masyarakat, mengetahui kelemahan dan kekurangan yang ada dan memperbaiki secepat dan sebaik mungkin. Bukan sibuk kunjungan ke luar negeri[5] sampai-sampai menghabiskan anggaran rakyat dalam jumlah besar yang hanya beralaskan untuk menjawab aspirasi dan mencari solusi dari setiap permasalahan rakyat.
Korupsi tak kan pernah lepas dari negara kita jika tidak ada kesadaran dari masing-masing orang diatas kecuali hukum mati, kalau selain hukuman mati percuma saja tidak akan berpengaruh apa2 wong hukum aja bisa dibeli, buktinya sudah banyak sudah ...
BalasHapushukuman mati mmg mrupkan hukuman yg akan mmbuat org jera mlakukan korupsi kawan, tpi kputusan trsbut susah utk pngaplikasiannya skrg, sbab dsistem demokrasi harus dbuat dlu praturan tegasnya agar bs dlaksanakan, tpi prmslahanya skrg, terkadang org2 yg brhubungan dlm pmbuatan UU trsebut malah terlibat dlm kasus trsbt, jadi OTOMATIS mreka akn mnolak utk mnyetujui hkuman tsb dgn alasan apapun, lah wong jika mreka ketahuan mreka jg yg akan dhukum sperti itu,,
Hapuskecuali org2 yg mmg bnar2 brsih dn mngemban amanah rakyat yg bakal stuju,,
tpi yg trpenting skrg, mudah2an masukan saudara dan saya bs d pertimbngkan oleh para anggota DPD RI skrg dan kdepan untuk dcari gmna cr mmbrntas korupsi hingga mmbuat org yg mlakukan benar2 jera dan org lain tidak brani utk mncoba..
smoga KEGIATAN YANG DILAKUKAN DPD RI INI BENAR2 BRMANFAAT UNTUK KE DEPANNYA..
bkn cm mnjadi sebuah event organizer..
seharusnya anggota dewan itu orang yang di calonkan rakyat, bukan orang yang mencalon.
BalasHapusartikel yang sangat menarik.
saran: menurut ane backgroundnya blog lebih enak di baca kalo kontrast ama tulisannya. thanks.
org yg mncalon atau d calon kn itu tak trlalu pnting tman, yg trpenting AKHLAK DAN TUJUAN dari org yg bakal mnjadi PEMIMPIN, baik itu anggota dewan, maupun pejabat lainnya..
Hapussebab smua yg mreka lakukan skrg PASTI dpertanggungjawabkn d hadapan Allah nantinya..
trima ksh atas saran utk backgorundnya gan, trima ksh kmbali..
smoga brmannfaat bagi yg mmbaca..
bukan sekedar menuntut kesadaran...tetapi juga harus ada langkah nyata pembrantasan nya.....
BalasHapusseperti contoh memilih anggota sesuai dg fit and proper test......
antum benar
Hapusyg dbutuhkan skrg adalah LANGKAH NYATA BERSAMA dari semua pihak, terutama yg terkait..
Wahh bener tuh, turun ke lapangan ke daerah2 terpecil mnyamar sbagai rakyat kecil.. mrupakan cara bagus utk mlihat kondisi sesungguhnya, dn mrupakan pilihan studi banding yg tepat utk mncari solusi rakyat (intraksi dgn rakyat sbgai rkyat)..
BalasHapusbkn studdi banding k luar negeri hingga mmbuang uang 12 Miliar lebih.. (lihat referensi 5)
alngkah indahnya dunia jika hal trsebut terjadi saudara ku, para pejabat mniru yg telah dilakukan oleh Rasul dan para sahabat dlm mngurusi urusan pemerintahan/urusan rakyat yg telah terbukti slma lbh kurg 13 abad para rkyat hidup lbh sjhtera dibanding skrg..
Hapussebenarnya tidak ada salahnya jika para pejabat pemerintahan kita mncoba utk melakukan apa yg telah dilakuan oleh orang yg telah sukses mnjadi pmimpin atas umat/rakyatnya..
ane izin nyimak aja gaan..
BalasHapusjangan lupaa....main2 sin i gaan.....
http://pinksulistyo.wordpress.com/
mantap gan
BalasHapuswehehehehe... semangat!!! karena ane jurusan komputer jadi ane saran masalah blog ente.. #kekeke
BalasHapusSeharusnye nihh... blog ente jangan pake background nyang beginian,, soalnye mata gak bisa fokus antara tulisan sama background. Tulisannya ketutupan background. Klo bisa pilih background yang agak gelapan dikit.. ^^
blog walking aj.jgn lupa kunjung balik y..
BalasHapusSebenarnya tulisannya sudah cukup bagus,cuma sayang background blognya jadi menganggu jadi bacanya ga bisa fokus....
BalasHapusSatu yang saya ingat mengenai masalah korupsi: dosen saya pernah bilang kalo mau memberantas korupsi di Indonesia, hanya ada 1 cara yang paling ampuh yaitu "pemutusan generasi". Artinya, semua pejabat yang ada di pemerintahan termasuk pegawai negeri, semuanya dipensiun dan diganti semua dg generasi2 baru yg bersih.
BalasHapusTentu masih ingat dengan kisah umat di zaman Nabi Nuh yg "diberantas" habis dan hanya tersisa orang yg baik. Kira2 sedikit miriplah dg kisah tersebut.
Saya sebagai orang yg lebih condong ke realis, memandang bahwa kesadaran utk tdk berkorupsi di negeri ini adalah hal yg impossible, sekalipun dg berbagai bentuk hukuman dan spekulasi yg dilontarkan, adalah hal yg sangat sulit sekali bahkan bisa dibilang sudah tdk mungkin lgi utk "disembuhkan". Kecuali satu2nya cara dg "pemutusan generasi" tersebut...
Tambahan:
BalasHapusSo, sebelum anda menyatakan diri untuk maju menjadi anggota DPD, pastikan dahulu bahwa telah dilakukan "pemutusan generasi" tersebut. Sehingga anda muncul sebagai generasi yg benar "baru" di pemerintahan.
Satu lagi, ingat bahwa posisi anda adalah DPD, hanya mengawasi jalannya UU tertentu dan hanya dapat mengajukan usul, tdk berwenang dlm legislasi/pembuatan UU..
hmmm jgn salah kawan, DPD sgt besar perannya dlm sistem demokrasi skrg,
Hapus-Dapat mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR
-Ikut membahas RUU
-Memberikan pertimbangan kepada DPR
-Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
-Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK
(http://dpd.go.id/profil/fungsi-tugas-wewenang/)
bagus tidaknya UU dan kebijakan dr DPR jg bergantung pd anggota DPD nya...
namun jika UU tidak brpihak pd rakyat dn kebenaran, maka brrti DPD SUDAH GAGAL..
wahhh setuju juga tuh dgn istilahnya @alvid utama..
BalasHapussistem "pemutusan generasi" yang bobrokk..
tulisan yang sangat bagus, serta juga merupakan cita-cita yang sangat amat baik. sedikit komentar mengenai pendapat om Alvid, saya rasa untuk saat ini apabila di negara kita mau melakukan pemutusan generasi merupakan suatu hal yang sulit, karena sekarang kita lihat kondisi yang ada bahwa hampir seluruh orang yang punya kekuasaan di negeri ini baik muda maupun tua sudah mengalami kerusakan moral yang akut. jadi kalau melihat kondisi seperti itu kita harus memutus generasi yang rusak itu dimulai dari generasi mana............?
BalasHapusFeedback utk comment di atas:
BalasHapussebenarnya itu bkn pendapat saya, saya hanya sekedar retweet dari pendapat dosen matkul Ide-Ide Politik Umum di kampus...
ya, emang sangat sulit sekali untuk dilakukan hal tersebut, melihat kondisi sekarang ini, tapi setidaknya lebih sedikit mungkin dibanding hanya dengan menumbuhkan kesadaran masing-masing individu..
di mana memulai "memutus"? pertanyaan inilah yang membuat "pemutusan generasi" ini sulit untuk dilakukan, dan saya sendiri pun sebenarnya masih bertanya-tanya "harus memulai dari mana", mungkin kalo pendapat sementara saya, pemutusan generasi sebaiknya dimulai dari yang paling atas dan mainframe dulu..
kita tidak dpt mlakukan pmutusan generasi vid, sbab jika mau mlakukan pemutusan generasi (generasi yg mmimpin), yg cm dpt dilakukan adlah:
Hapus-invasi
-penjajahan
-pmbrontakan
-pmbunuhan masal
- dll
dan ksemuanya itu adlh prbuatan yg dilarang, baik dlm pmrintahan maupun dlm agama..
apalagi pmutusan generasinya kita tak tau yg mana generasi yg bobrok dan yg mana yg tidak,,
dn juga gnerasi yg slnjutnya blum tnntu brbobot juga..
tmbahan, kalau mau mrubah negeri ini mnjadi lebih baik, ya bergantung terhadap pemimpinnya juga..
kalau pmimpinnya mau, ya bawahannya mau tidak mau, harus mnurut..
namun point terpenting adlah, jgn prnah MENGADOPSI PERATURAN/KEBIJAKAN dari kolonial/penjajah dahulu/pihak asing yg tidak tau drmana kbenaran akan peraturan trsebut..
BERPEDOMANlah pd Sesuatu yg BENAR dan PASTI..
"pemutusan Generasi" menurut saya kurang cocok dan tidak mudah, karena oknum koruptor saat ini berada dalam lingkungan kekuasaan, cara terbaik menurut saya adalah dengan memulai membangun karakter bangsa, dan menanamkan secara pasti karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang yang berjiwa pemimpin. kalau generasi koruptor itu tidak akan bertahan lama karena mereka akan mati jua. jdi pada saat mereka mati nanti ada penggantinya yang telah memiliki karakter yang baik, tidak seperti pendahulunya yang tidak baik.
BalasHapusmungkin begitulah menurut saya
benar, namun utk membangun dan mnanamkan karakter bangsa yang baik itu sgt susah JIKA para pnguasanya tidak mmperbaiki karakter masing2,. sebab secara tidak langsung karakter buruk dr para penguasa negeri (koruptor dsb) akan mnyusup pada karakter generasi muda skrg ini..
Hapuscontoh:
mreka brpikir, ahh tidak apa2 lah korupsi uang negara sbyak mgkn ( sprti 28 M ATAU 6-7 T atau lebih) toh nanti kalau ktangkep cm masuk pnjara bbrpa tahun ( < 5 thn)
dan uang korupsi itu lbh dr gaji slma 5 thn bhkan jg bs smpai mati gk prlu krja..
dsamping itu, pnjara jg bs dsulap layaknya hotel yg punya kulkas, ac, tv, internet, komputer dsb.. (fakta para koruptor d Indonesia)
nah kalau prmasalahnnya sperti itu, sgt susah utk mmperbaiki karakter bangsa utk mnjadi pmimpin yg amanah,
kecuali jika kita bs mnghabiskan karakter buruk para "pejabat" skrg, maka utk karakter bangsa d kemudian hari akan lbh baik imbasnya..
tpi seomoga karakter bangsa yg kita harapkan dan karakter bangsa terbaik dapat terwujud dalam waktu cepat.. Amin..
maka dari itu jadilah pengusaha aja jangan sekali2 jadi pegawai negeri n sejnisnya kayak dpd kata anda n kroco2 nya,coz walaupun anda masuk dgn hati yg bersih pasti nanti nya akan kotor juga coz zaman skarang sudah mendaekati yang namanya akhir zaman , jadi kemungkinan untuk membersihkan pemerintah hanya 0.00000000001 % ,,,
BalasHapussekian suryadi cliquee